DEWATOGEL – Pernah denger warung makan yang modelnya bebas ambil menu tapi dibatasi 1 lauk (tidak boleh dobel atau nambah), tapi semua harga rata sama? Jadi, apapun yang kamu ambil, bayarannya tetap segitu-gitu aja. Di tempat saya kerja ada loh yang serba Rp 20,000! Ini praktis banget buat yang nggak mau ribet mikirin harga tiap lauk, ya kan? Tapi, pernah kepikiran nggak sih, gimana cara si penjual dapet untung dengan model kayak gini? Apalagi kalau semua orang ambil lauk mahal?
Dari luar, konsep ini kayaknya bisa jadi mimpi buruk buat penjual dan terlihat nggak masuk akal, terutama kalau pelanggan ambil seenak jidat, tapi sebenernya, ada trik-trik tersembunyi yang bikin konsep ini bisa bertahan. Warung yang menerapkan model harga rata ini nggak cuma asal jalanin bisnis. Mereka pasti sudah perhitungkan segala kemungkinan, mulai dari menu, porsi, sampai strategi pricing yang cerdik.
Kalau saya perhatikan dari soal menu dulu. Warung dengan harga rata seringkali menyeimbangkan antara lauk mahal dan murah. Contohnya, ada ayam goreng atau ikan bakar yang harganya lebih tinggi, tapi diimbangi dengan sayuran, tempe, atau tahu yang jauh lebih murah. Dalam satu piring, meskipun pelanggan ambil ayam, mereka juga pasti ambil nasi dan sayur yang secara biaya produksi lebih rendah (beras murah, sayur rasa seadanya), trik ini sangat efektif usaha dekat kantor atau pabrik. Dengan begitu, total biaya per piring bisa tetap dalam batas wajar meskipun harga rata.
Trik lainnya adalah penjual mengontrol porsi. Meskipun pelanggan bisa bebas ambil, warung biasanya menyediakan piring dengan ukuran tertentu, nasi dan sayuran boleh ambil semuatnya piring (asal nggak malu), lauk nggak boleh dobel, yang secara nggak langsung akan membatasi seberapa banyak pelanggan bisa ambil. Menurut saya ini adalah bentuk kontrol yang halus tapi efektif. Misalnya, dengan piring yang ukurannya gak terlalu besar (ukuran 6″ misalnya) maka pelanggan cenderung nggak bakal ambil lauk terlalu banyak, terutama kalau mereka juga mau ambil beberapa jenis lauk sekaligus.
Selanjutnya, ada faktor psikologi lagi nih. Konsep harga rata ini sering bikin pelanggan merasa nyaman karena gak perlu khawatir soal harga, tapi di sisi lain, mereka juga cenderung nggak akan mengambil terlalu banyak karena gak mau terlihat “tamak” atau rakus di depan orang lain. Ini membuat porsi yang diambil jadi lebih seimbang atau terkontrol tapi tetap mengenyangkan. Murah-enak-kenyang, ini yang banyak dicari karyawan!
Jadi, menurut saya buat kalian yang sering menikmati konsep makan harga rata ini, ingatlah bahwa di balik kepraktisan yang kamu rasakan, ada strategi cerdas yang dirancang supaya bisnis tetap untung. Sekali lagi, nikmati makananmu, jangan lupa traktir saya juga